Aku perempuan 25 tahun yang dipilih oleh Tuhan untuk merasakan bermacam kisah dalam hidup.
Tumbuh dan besar dengan disiplin dan tuntutan untuk selalu menjadi yang terbaik mungkin banyak dirasakan oleh anak pertama. Dan itu juga yang aku alami, didikan keras dari Ayah dan tuntutan darinya untuk selalu menjadi yang terbaik di sekolah menjadi beban besar untukku saat itu.
Tapi tak lama, karena setelah aku mulai masuk usia remaja, Ayah memberikan perlakuan yang berbeda. Aku mulai diperbolehkan untuk memilih apa yang aku mau dengan catatan berani mempertanggung jawabkan semuanya.
Penyesalan memang selalu datang di akhir. Kelonggaran yang Ayah berikan justru membuatku lengah dan memilih jalan yang salah. Aku menghancurkan masa mudaku dengan berpacaran.
Waktu itu, aku baru saja akan masuk semester awal kelas 9 sekolah menengah pertama, 14 tahun usiaku saat itu. Awalnya semua berjalan seperti biasa, tak ada masalah dengan prestasi dan kedisiplinan ku. Namun itu hanya sementara. Masuk tahun kedua kami berpacaran, dia mulai menguasai diriku, mengatur apa yang boleh dan tidak aku lakukan.
Gerakanku terbatas. Aktivitasku hanya sekedar pergi dan pulang sekolah, tanpa ada aktivitas tambahan yang lain. Awalnya aku masih biasa, karena menurutku, prestasi akademik adalah yang paling utama, dan itu masih bisa ku pertahankan.
Sampai akhirnya, ia memutuskan untuk melanjutkan studi di luar negeri. Bukan hal mudah untuknya mendapatkan beasiswa itu, banyak proses dan pengorbanan yang ia lakukan, tentunya dengan aku yang selalu menjadi support system terbaiknya.
Ilustrasi: ketika takdir-Nya adalah yang terbaik. |
Dan inilah awal hubungan toxic kami terjadi. Kami yang akhirnya terpisah jarak mulai mengalami masalah komunikasi, aku mulai melihat sisi negatif yang ada pada dirinya. Setiap kali bertemu, bukan kata rindu yang terucap, tapi makian dan umpatan yang akhirnya sama-sama kita keluarkan karena kesalahpahaman yang terus terjadi. Tak jarang ia melakukan kekerasan fisik dan hampir membunuhku karena emosi.
Dan puncaknya, ketika semua itu harus melibatkan keluarga. Ayahku akhirnya mengetahui bagaimana sifat asli dari pacarku ini. Beliau yang tak terima, akhirnya memaksa kami untuk menyudahi hubungan tepat satu minggu sebelum Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah Atas.
Masa sekolahku benar-benar tak sesuai harapan. Aku terpaksa menunda kuliah karena masalah internal di dalam keluarga.
Untuk melampiaskan kekecewaanku, saat itu aku hampir tak pernah betah di rumah. Waktuku habis bersama teman-teman. Mendaki gunung, melakukan olahraga air di pantai, dan menjelajahi tempat-tempat wisata alam bersama teman-teman. Sebagian besar dari mereka adalah laki-laki.
Banyak orang menganggapku perempuan yang rusak waktu itu. Tapi aku tak peduli, selagi aku masih punya batas yang ku buat, aku hanya ingin menuruti apa kata hatiku.
Syukurlah itu tak berlangsung lama. Tepat setelah pergantian tahun 2016, aku memutuskan untuk kembali ke jalan yang benar. Aku menanggalkan segala ketenaran yang pernah ku capai dengan foto-foto yang ku posting di sosial media. Aku membagikan semua celana ketat yang ku punya kepada teman-temanku.
Sejak saat itu, aku merubah total penampilanku. Gamis panjang dan hijab sesuai syariat menutup rapat tubuhku. Bukan lantas aku langsung menjadi orang baik, tapi aku hanya ingin menjadi lebih baik dari versiku yang dulu.
Ini juga bukan perkara mudah, banyak cibiran dan cemoohan yang aku terima dari berbagai pihak. Namun aku percaya bahwa tidak ada yang mudah untuk mencapai suatu kebaikan.
Tepat empat bulan setelah aku hijrah, aku bertemu dengan sahabat masa kecilku yang saat itu juga mengutarakan niat untuk mengajakku menikah. Nikah muda? Iya. Bahkan aku baru saja lepas dari masa remaja.
Kenapa aku yakin? Karena aku percaya bahwa takdir tuhan tak pernah salah. Ia adalah jawaban dari semua doa-doaku. Ia lah yang akhirnya bisa menjadi pelindungku, menjadi orang yang mampu membawaku untuk berubah menjadi lebih baik lagi, dan Ia juga mewujudkan cita-citaku yang sempat tertunda yaitu melanjutkan kuliah.
Itulah sepenggal dari kisah hidupku, seorang ibu dari satu putra yang kini masih aktif sebagai seorang mahasiswa dan sedang belajar menerima bahwa semua takdir dari-Nya adalah yang terbaik.
Selesai.
Curhat ini dikirimkan oleh Zee, dengan judul asli "Ketika Takdir-Nya adalah yang Terbaik".
Kemudian jika kamu ingin curhat juga seperti yang dikirimkan oleh Zee ini, silahkan langsung masuk ke program kirim curhat dapat cuan, baca ketentuannya, apabila cocok silahkan ikut.