Jauh dari UMK Tetapi Ada Berkah di Sana

"Jika gaji guru honorer besar, tentu banyak orang yang antri melamar." Itu adalah jawaban yang saya dapatkan dari seorang teman yang lebih dulu terjun ke dunia pendidikan (guru honorer). Ketika saya bertanya, berapa gajinya? 

Tidak bermaksud tidak sopan dengan bertanya berapa jumlah gaji seseorang, tetapi saya butuh jawaban sebelum memutuskan masuk ke sana. Karena hidup sebagai perantau membutuhkan biaya untuk menghidupi diri sendiri. Ada lebih adalah keharusan yang tak terbantahkan lagi. 

"Percaya sama Allah yang Maha Mencukupkan. Gak tauk bagaimana, Alhamdulillah selalu saja ada jalan rezeki, itu yang saya rasakan. Kuncinya Ikhas." Pesan teman saya waktu itu.

Gaji Honorer TK Lebih Besar Dari Pada Honorer SD

Akhirnya saya melamar dan diterima mengajar di sebuah sekolah TK.

Pada waktu itu gaji honorer TK lebih besar dari pada honorer SD, karena perbedaan jam kerja. Di SD biasanya dihitung per/jam sedangkan TK satu hari. 

Hingga empat tahun lamanya saya menjalani profesi sebagai guru, dua tahun sembari kuliah dan dua tahun setelah lulus. 

Apakah gaji saya cukup? Kurasa tidak, karena sebagian biaya kuliah dan wisuda, orang tua saya memberi sokongan. Jika tidak, mungkin Ijazah tak bisa ditebus, masih mendekam di kampus. 

Setelah lulus kuliah, saya masih tetap mengajar di TK dan mengajar les, juga tinggal di Mes. Tidak punya tanggungan membayar kuliah juga tidak punya tanggungan membayar uang kontrakan. Rasanya hidup terasa bebas bernafas. Sedikit-sedikit bisa menabung juga bisa menyenangkan diri sendiri.

Ilustrasi: curahan hati ibu rumah tangga yang dihadapkan pada pilihan sulit, antara karir dan keluarga.
Ilustrasi: curahan hati ibu rumah tangga yang dihadapkan pada pilihan sulit, antara karir dan keluarga.

Dilema Mulai Terjadi

Setelah menikah dan hamil, dilema mulai terjadi. Ketika harus memilih tetap mengajar dan membayar baby sister atau risen. Namun karena dihitung-hitung gaji tak cukup untuk membayar baby sister. Akhirnya saya memutuskan berhenti. 

Setelah tahun berlalu, kini saya rindu. Hari-hari bercengkrama bersama anak-anak. Meskipun di rumah masih bisa mengajar ngaji tetapi suasana berbeda dengan di sekolah. 

Tidak bermaksud menyesali keputusan yang dibuat atau melupakan hari-hari yang telah dijalani menjadi ibu rumah tangga seutuhnya.

Mungkinkah Bisa Kembali Mengajar di Sekolah?

Aku ingin kembali ke masa itu dan merubah keputusan dengan tetap mengajar. Setidaknya tidak menjadikan gaji atau uang sebagai pertimbangan mengambil keputusan. 

Beberapa kali kesempatan saya buang karena terbentur keadaan. Bagaimana anak-anak ketika ditinggalkan oleh saya ketika bekerja? Selalu menjadi masalah tanpa solusi. 

Kini usia sudah sampai kepala empat. Sementara penerimaan guru baru minimal usia tiga puluh lima tahun. Sudah terlambat lima tahun. 

Mungkinkah saya bisa kembali mengajar di sekolah? Masih mungkinkah saya memanfaatkan ijazah? 

Aku tidak tahu pasti jawabannya. 

Untuk teman-teman yang sekarang sedang menjalani profesi sebagai guru honorer atau dilema ketika hendak masuk ke sana. Saya hanya bisa berpesan. "Gaji memang jauh dari UMK tetapi ada keberkahan di sana. Luruskan niat dan ikhlaslah dalam menjalaninya."

MAH, Ibu rumah tangga biasa yang ingin terus belajar dan menulis.

Selesai.

Istilah: UMK artinya adalah Upah Minimum Kabupate/Kota.

Judul asli: Meskipun Jauh dari UMK Tetapi Ada Keberkahan di Sana

Editor: Team AndiNafara, editing dilakukan untuk kebutuhan peblishing, substansi curhat tetap dipertahankan.

Nah itulah tadi curahan hati dari salah saorang pembaca AndiNafara, yang diidentifikasi sebagai MAH, terimakasih atas curhatnya.

Kemudian jika kamu ingin curhat juga seperti ini, silahkan langsung masuk ke program kirim curhat dapat cuan.