Fadli adalah seorang tukang ojek online yang bekerja keras untuk membiayai sekolah putrinya, Fitri. Setiap pagi, ia bangun lebih awal untuk mencari penumpang. Meskipun keadaan seringkali sepi, Fadli tetap bersemangat dan penuh harapan.
Suatu pagi, ketika Fadli sedang mengantar seorang penumpang, Fitri meneleponnya. Fadli tersenyum saat melihat nama putrinya muncul di layar ponselnya.
"Assalamualaikum, Nak. Ada apa?" tanya Fadli.
"Assalamualaikum, Ayah. Aku mau ngomong sesuatu," jawab Fitri.
"Baik, ada apa?"
"Ayah, aku jadi juara di lomba menulis esai di sekolah! Aku akan maju ke tingkat provinsi!" ucap Fitri dengan suara gembira.
Fadli tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya. "Wow, Nak! Ayah bangga sekali denganmu! Kamu pasti menulis dengan sangat baik."
"Terima kasih, Ayah. Aku senang sekali. Tapi, aku juga ingin membantu Ayah. Aku bisa belajar lebih keras lagi supaya nanti aku bisa kuliah dan membantu Ayah," kata Fitri dengan penuh semangat.
Fadli merasa tersentuh. Ia tidak pernah meminta bantuan dari putrinya, tapi kata-katanya membuat hati Fadli menjadi hangat. "Terima kasih, Nak. Ayah akan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untukmu."
"Terima kasih, Ayah. Aku sayang Ayah."
"Ibu sayang kamu juga, Nak."
Setelah menyelesaikan panggilan, Fadli merasa sedih dan tegar sekaligus. Sedih karena ia merasa tidak bisa memberikan segalanya untuk putrinya, namun tegar karena ia selalu berusaha yang terbaik.
Sementara itu, Fitri bersemangat untuk mengikuti kompetisi esai di tingkat provinsi. Ia tahu bahwa ayahnya selalu mendukungnya dan ia akan melakukan yang terbaik untuk memenangkan lomba tersebut.
Pada akhirnya, Fitri berhasil memenangkan lomba di tingkat provinsi. Ketika Fadli mendengar kabar tersebut, ia merasa sangat bahagia dan bangga dengan putrinya. Sekarang, ia tahu bahwa kerja kerasnya dan putrinya sudah membuahkan hasil yang membanggakan.
Bersambung...
Lantas apakah Fitri menang lomba esai? Ikuti lanjutan cerpen ini hanya di AndiNafara.